Peran Orang Tua Dalam School From Home Selama Masa Pandemi

Setelah diumumkannya anjuran dari pemerintah mengenai pelaksanaan School from Home(SFH), saya sedikit bingung dan mencoba memahami sembari mengernyitkan dahi. Bukannya saya tidak suka dengan anjuran pemerintah, namun saya bingung, sebab kala itu sebagai mahasiswi semester akhir yang sedang menempuh skrips, saya mencoba memutar otak bagaimana pelaksanaan penelitian saya ketika pembelajaran dilakukan secara daring.

Setelah melaksanakan bimbingan dan diskusi singkat dengan dosen saya, akhirnya saya diberi saran untuk mengganti topik skripsi menyesuaikan pelaksanaan pembelajaran yang ada. Membaca pesan singkat itu rasanya saya ingin menangis, namun syukurlah perlahan aku bisa menerima saran tersebut dan berlanjut bangkit sambil menyusun proposal baru lagi.

Lain denganku yang berkutat dengan skripsi, adikku sibuk belajar melalui gawai ibuku menjelang pelaksanaan penilaian tengah semester(PTS). Ia nampak kebingungan browsing ini itu menggunakan gawai. Maklum, selama ini ia berada di pondok pesantren dan tidak pernah bermain gawai secara intens, sehingga agak tertinggal dalam penggunaan teknologi dan aplikasi-aplikasi yang harus ia kenal sejak awal demi mendukung pelaksanaan penilaian tengah semester(PTS) secara daring. Meskipun demikian, adikku bukan tipe manusia yang mudah menyerah, ia mencoba satu-satu fitur yang ada sambil membolak-balikkan buku materi pelajarannya.

Belum lagi keponakanku yang masih duduk dibangku Taman Kanak-Kanak. Ternyata ia juga harus melakukan school from home(SFH). Bedanya, ia hanya diberikan tugas dan arahan-arahan kecil melalui whatsapp group yang beranggotakan orang tua para murid dan guru. Setiap hari guru-guru memberikan arahan, materi singkat dan tugas-tugas untuk siswa, karena tidak mungkin keponakan kecilku menghandle tugasnya sendiri sedang ia belum mahir membaca dan memang ia masih asing dengan media sosial dan dunia maya.

Dibalik sejuta nano-nano, kesusahan dalam proses pelaksanaan belajar di rumah, selalu ada pahlawan yang harus siap sedia menjadi tumpuan itu semua. Siapa? Orang tua. Orang tua yang membantu anka-anaknya belajar selama masa pandemi. Misalkan saja ibuku, ia masih tetap memasak dan memastikan gizi anggota keluarga di rumah terpenuhi, ia masih membimbing adikku belajar, ia masih memberiku semangat, dan yang tak pernah lepas adalah ia terus mendoakan kami. Sedang ayahku memang lebih fokus mencari nafkah, terlebih beberapa omzetnya sedikit menurun semenjak masa pandemi.



Melihat berbagai kejadian diatas, sebenarnya ada yang ingin saya sampaikan kepada pembaca semua, yakni “persiapan orang tua”. Saya tidak ingin menghakimi pola asuh setiap orang tua, namun saya hanya mencoba memberikan informasi bahwa menjadi orang tua bukanlah pekerjaan satu hari, dua hari atau sembilan bulan. Melainkan seumur hidup. Menjadi orang tua harus memiliki bekal yang cukup, baik secara fisik, mental, ilmu pengetahuan, dan berbagai macam life material yang mendukung.

Saat sang ayah sibuk bekerja, ditengah masa pandemi seperti ini kepada siapa lagi anak bertanya? Kepada siapa lagi anak mengeluh saat ia mengalami kesulitan-kesulitan dalam belajar? Siapa yang akan membimbing? Ibunya. Dalam hal ini saya analogikan bahwa ayah sebagai manusia pencari nafkah ya. Nah, bisakah Anda bayangkan jika ayah sibuk bekerja, anak-anak belajar di rumah, dan si ibu tidak bisa mengimbangi dan membimbing proses pembelajaran anak terlebih saat sfh seperti sekarang ini? Maka benar jika saya katakan, seorang perempuan harus cerdas. Ia akan menjadi madrasah yang abadi bagi sang anak. Saat pertama lahir, ibu pula yang akan mengajar kami, saat kita kesulitan mengerjakan pekerjaan rumah(PR), ibu tetap berperan dalam berbagai situasi, karena ibu-lah guru kreatif dalam keluarga. Ia bisa menjadi apa saja, setiap waktu. Besar sekali bukan dedikasnya?

Ayah-pun tak kalah berperan, ayah akan berusaha keras memenuhi semua kebutuhan keluarga, ia memastikan bahwa anaknya tak kekurangan susu, makanan, dan sandang pangan sedikitpun. Semua memiliki peran masing-masing, semua memiliki tugas masing-masing. Namun itu bukan kewajiban tunggal setiap pihak orang tua baik ayah maupun ibu. Melainkan tanggung jawab bersama, kedua belah pihak dan seluruh anggota keluarga didalamnya(re: anak).

Well, semua manusia memang tidak sempurna, namun tidak serta merta membuat kita berhenti mencoba, belajar, dan berusaha. “Have a kid when you’re ready”. Sederhana, tapi saya berharap kesadaran ini bisa ditanamkan pada setiap manusia.

That’s all for me, see you again! Thankyou


Belum ada Komentar untuk "Peran Orang Tua Dalam School From Home Selama Masa Pandemi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel